Kamis, 19 Desember 2013

HUKUM MENGUCAPKAN "SELAMAT NATAL"

Seperti yang kita ketahui bersama bahwa penganut kristen di seluruh dunia pada tanggal 25 Desember setiap tahunnya merayakan natal yang menurut mereka adalah hari kelahiran tuhan mereka Yesus Kristus sang juru selamat. Bagi kita umat Islam, merayakan natal atau perayaan hari raya apapun bagi umat lain itu adalah hak asasi mereka. Yang jadi persoalan adalah ketika kita ikut-ikutan menyemarakkan peringatan hari raya tersebut dengan hadir dalam ritual yang mereka laksanakan atau  memberi ucapan selamat hari natal dengan dalil toleransi. Mungkin hal ini kelihatan sepele, tapi sesungguhnya mengandung konsekwensi yang sangat besar dengan resiko musyrik. Mengapa demikian?, karena dengan mengucapkan selamat hari natal kita telah ikut membenarkan bahwa nabi Isa AS adalah Tuhan dan membenarkan bahwa Tuhan (Isa AS) dilahirkan pada tanggal 25 Desember. Agar tidak terjebak pada kemusyrikan berikut akan kami.......
paparkan bagaimana sebenarnya kedudukan Isa AS baik dalam Al Quran maupun dalam Injil, apakah Nabi Isa AS pernah mengaku dirinya sebagai anak Tuhan bahkan Tuhan yang harus disembah, dan bagaimana hukum mengucapkan selamat hari natal kepada pemeluk agama kristen?. 

Dalam injil Yohanes 7 : 16 disebutkan bahwa : "Ajaranku bukanlah berasal dari diriku sendiri melaikan dari DIA yang telah mengutus aku". Sangat jelas sekali dalam ayat ini perkataan Yesus bahwa dia adalah utusan (Rasul) yang diutus oleh "DIA" (ALLAH). Artinya Isa AS adalah Nabi dan Rasul Allah bukan Tuhan. Hal senada dapat ditemukan dalam injil Yohanes 7 : 3 yang berbunyi : "Inilah hidup yang kekal itu, yaitu mereka mengenal Engkau sebagai satu-satunya Allah dan mengenal Yesus yang telah Engkau utus". Sangat jelas dalam ayat ini bahwa kehidupan yang kekal itu adalah mengenal Allah sebagai satu-satunya Tuhan (yang harus disembah) dan mengenal Yesus (Isa AS sebagai nabi dan rasul) yang telah diutus Allah.

Dengan demikian, keyakinan atau asumsi penganut Kristen bahwa Isa Al Masih putra Maryam adalah Tuhan terbantahkan dengan sendirinya oleh al kitab (injil) sebagaimana kami kemukakan di atas. Apa yang dikemukakan dalam Injil Yohanes 7 : 3 dan 7 : 16 sejalan dengan firman Allah SWT : 

"Al masih putera Maryam itu hanyalah seorang Rasul yang Sesungguhnya telah berlalu sebelumnya beberapa rasul"

Al Maidah : 75

demikian pula dalam surah As shaf ayat 6 Allah berfirman :
 

"dan (ingatlah) ketika Isa Ibnu Maryam berkata: "Hai Bani Israil, Sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab sebelumku, Yaitu Taurat, dan memberi khabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad)." Maka tatkala Rasul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata: "Ini adalah sihir yang nyata."

Dengan demikian jelaslah  kedudukan Isa AS sebagai utusan Allah (bukan Tuhan) sebagaimana penjelasan di atas, Karenanya, mengucapkan selamat hari natal kepada orang kristen pada tanggal 25 Desember sama artinya dengan membenarkan bahwa Isa AS (Yesus) adalah Tuhan, dan di dalam ucapan itu terkandung doa pengampunan kepada mereka (penganut kristen). Mengapa, karena keselamatan bagi seseorang hanya mungkin terjadi ketika dia diampuni segala dosanya oleh Allah SWT. Konsekwensi mengucapkan selamat natal  dapat mengaklibatkan seseorang menjadi musyrik, karena sangat jelas dilarang oleh Allah sabagaimana firman-Nya dalam surah At Taubah ayat 113 yang berbunyi : 


"Tiadalah sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum Kerabat (Nya), sesudah jelas bagi mereka, bahwasanya orang-orang musyrik itu adalah penghuni neraka jahanam".

Lalu bagaimana natal menurut injil?. Adakah dijelaskan dalam injil bahwa kelahiran Isa As (Yesus) pada tanggal 25 Desember?. Untuk menyibak tabir Natal pada tanggal 25 Desember yang diyakini sebagai Hari Kelahiran Yesus, marilah kita simak apa yang diberitakan oleh Bibel tentang kelahiran Yesus sebagaimana dalam Lukas 2:1-8 dan Matius 2:1,10,11 (Markus dan Yohanes tidak menuliskan kisah kelahiran Yesus).



Lukas 2:1-8:
”Pada waktu itu Kaisar Agustus mengeluarkan suatu perintah, menyuruh mendaftarkan semua orang di seluruh dunia. Inilah pendaftaran yang pertama kali diadakan sewaktu Kirenius menjadi wali negeri di Siria. Maka pergilah semua orang mendaftarkan diri, masing-masing di kotanya sendiri. Demikian juga Yusuf pergi dari kota Nazaret di Galelilea ke Yudea, ke kota Daud yang bernama Betlehem, karena ia berasal dari keluarga dan keturunan Daud- supaya didaftarkan bersama dengan Maria, tunangannya yang sedang mengandung. Ketika mereka disitu tibalah waktunya bagi Maria untuk bersalin dan ia melahirkan seorang anak laki-laki, anaknya yang sulung, lalu dibungkusnya dengan lapin dan dibaringkannya di dalam palungan, karena tidak ada tempat bagi mereka dirumah penginapan. Didaerah itu ada gembala-gembala yang tinggal di padang menjanga kawanan ternak mereka pada waktu malam.”


Jadi, menuru Bibel, Yesus lahir pada masa kekuasaan Kaisar Agustus yang saat itu yang sedang melaksanakan sensus penduduk (7M=579 Romawi).  Yusuf, tunangan Maryam ibu Yesus berasaldari Betlehem, maka mereka bertiga ke sana, dan lahirlah Yesus di Betlehem, anak sulung Maria. Maria membungkusnya dengan kain lampan dan membaringkannya dalam palungan (tempat makan sapi, domba yang terbuat dari kayu). Peristiwa itu terjadi pada malam hari dimana gembala sedang menjaga kawanan ternak mereka di padang rumput.


Menurut  Matius 2:1, 10, 11
Sesudah Yesus dilahirkan di Betlehem di tanah Yudea pada zaman Herodus datanglah orang-orang Majus dari Timur ke Yerusalem. Ketika  mereka melihat bintang itu, sangat bersuka citalah mereka. Maka masukalah mereka kedalam rumah itu dan melihat Anak itu bersama Maria, ibunya.

Jadi menurut Matius, Yesus lahir dalam masa pemerintahan raja Herodus yang disebut Herodus Agung yang memerintah tahun 37 SM- 4 M (749 Romawi), ditandai dengan bintang-bintang yang terlihat oleh orang-orang Majusi dari Timur.


Cukup jelas pertentangan kedua Injil tersebut (Lukas 2:1-8 dan Matius 2:1, 10, 11) dalam menjelaskan kelahiran Yesus. Namun begitu keduanya menolak kelahiran Yesus tanggal 25 Desember. Penggambaran kelahiran yang ditandai dengn bintang-bintang di langit dan gembala yang sedang menjaga kawanan domba yang dilepas bebas di padang rumput beratapkan langit dengan bintang-bintangnya yang gemerlapan, menunjukkan kondisi musim panas sehingga gembala berdiam di padang rumput dengan domba-domba mereka pada malam hari untuk menghindari sengatan matahari. Sebab jelas 25 Desember adalah musim dingin. Sedang suhu udara di kawasan Palestina pada bulan Desember itu sangat rendah sehingga salju merupakan hal yang tidak mustahil.


Dari penjelasan di atas jelas sekali bahwa Isa As atau Yesus menurut penganut Kristen tidak jelas tanggal berapa ia dilahirkan. Lalu sejak kapan natal dtetapkan tanggal 25 Desember dan apa sesungguhnya perayaan tanggal 25 Desember itu?. 
Berikut penjelasannya :

Perintah untuk menyelenggarakan peringatan Natal tidak ada dalam Bibel  dan Yesus tidak pernah memberikan contoh atau memerintahkan pada muridnya untuk menyelenggarakan peringatan kelahirannya.

Perayaan Natal baru masuk dalam ajaran Kristen katolik pada abad ke-4 M. Dan peringatan inipun berasal dari upacara adat masyarakat penyembah berhala. Dimana kita ketahui bahwa abad ke-1 sampai abad ke-4 M dunia masih dikuasai oleh imperium Romawi yang paganis politheisme.


Ketika Konstantin dan rakyat Romawi menjadi penganut agama Katolik, mereka tidak mampu meninggalkan adat/budaya pangannya, apalagi terhadap pesta rakyat untuk memperingati hari Sunday (sun=matahari: day=hari) yaitu kelahiran Dewa Matahari tanggal 25 Desember.


Maka supaya agama Katolik bisa diterima dalam kehidupan masyarakat Romawi diadakanlah sinkretisme (perpaduan agama-budaya/ penyembahan berhala), dengan cara menyatukan perayaan kelahiran Sun of God (Dewa Matahari/Sol Invictus) dengan kelahiran Son of God (Anak Tuhan=Yesus).


Maka pada konsili tahun 325, Konstantin memutuskan dan menetapkan tanggal 25 Desember sebagai hari kelahiran Yesus. Juga diputuskan, Pertama, hari minggu (Sunday=hari matahari) dijadikan pengganti hari Sabat yang menurut hitungan jatuh pada Sabtu. Kedua, lambang dewa matahari yaitu sinar yang bersilang dijadikan lambang Kristen. Ketiga, membuat patung-patung Yesus untuk menggantikan patung Dewa Matahari.


Sesudah Kaisar Kontantin memeluk agama Katolik pada abad ke-4 masehi, maka rakyat pun beramai-ramai ikut memeluk agama Katolik. Inilah prestasi gemilang hasil proses sinkretisme Kristen oleh Kaisar Konstantin dengan agama panganisme politheisme nenek moyang.



Berdasarkan penjelan di atas, maka sangat jelas bahwa tanggal 25 Desember adalah perayaan kelahiran dewa matahari (Penyembahan berhala) yang diadopsi oleh konstantin, oleh karenanya menjadi haram kita sebagai umat Islam ikut-ikutan merayakannya apalagi berpartisipasi di dalamnya, termasuk memberi ucapan selamat natal kepada mereka. Karena itu artinya membenarkan keyakinan mereka dan secara tidak langsung membenarkan peyembahan kepada dewa matahari. Ucapan selamat natal dapat mengakibatkan pelakunya musyrik dan bahkan keluar dari Islam. Wallaahu 'alam.
 

1 komentar:

  1. Assalamu’alaikum WR.WB
    Bila kita memahami dengan benar dan konsekuen artikel tersebut, sebenarnya jekas bagi kita bagaimana sikap kita terhadap umat yang merayakan natal .
    Namun sering kita menyaksikan/melihat di berbagai media para pejabat /penguasa atau seseorang yang diidolakan oleh banyak orang yang notebene beragama Islam (KTPnya) malah memberikan contoh kepada kita tentang perilaku bagaimana mensikapi hal tersebut terlepas apakah itu sebagai basa-basi politik , dengan dalih toleransi (yg tdk semestinya) atau motif yang lain.
    Jadi jelaslah sekarang bagi kita bagaimana seharusnya sebagai mukmin harus bersikapdengan benar dan tanpa basa-basi…...
    Wassalam..

    BalasHapus